Kami mengunjungi Parkir Timur Senayan pada hari Minggu, 20 April 2008, untuk melihat acara Green Festival yang diselenggarakan disana sejak tanggal 18 April yang lalu.
Disana kami melihat beragam stand-stand yang menjual berbagai barang ramah lingkungan dan kami diajak juga untuk bersikap lebih peduli lingkungan dengan ditunjukkan cara-cara menghemat pemakaian alat-alat pemenuh kebutuhan sehari-hari.
Sekitar pukul 13.00, ketika kami sudah keluar dari area acara, kami berjalan menuju mobil kami berada. Di sepanjang jalan, kami melihat ada banyak pedagang-pedagang kecil yang berjualan macam-macam jajanan. Salah satu pedagang yang menarik perhatian kami adalah seorang pedagang siomay yang bernama Bapak Junaedi. Dia terlihat masih sangat bersemangat menjajakan siomaynya di bawah panasnya terik matahari siang itu.
Bapak Junaedi, 49 tahun, memiliki 1 orang istri dan 3 orang anak yang harus dihidupinya dari pekerjaan yang digelutinya itu. Dia sudah terbiasa membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dari hasil jerih payahnya selama kurang lebih 10 tahun itu, ia sudah mampu menyekolahkan anaknya yang pertama sampai ke tingkat SMU, yang kedua sampai pada tingkat SMP. Sedangkan anaknya yang bungsu baru berumur 1 tahun. Istrinyalah yang mengurus anak-anaknya setiap hari di kala ia bekerja.
Pak Junaedi tidak mudah mengeluh. Dia selalu menjalankan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab. Sudah lama ia berdagang siomay keliling di area Senayan, padahal rumahnya di kawasan Jalan Bangka. Pendapatannya setiap hari pun tidak tentu, karena itu semua tergantung oleh seberapa ramai kawasan Senayan per harinya. Pendapatan yang cukup tinggi yang kadang ia dapatkan sampai pada Rp 50.000,00. Dia sangat bersyukur dan akan menyimpan uang itu untuk kebutuhan keluarganya. Tetapi ia masih memiliki banyak tanggungan dari pekerjaannya sendiri. Belum lagi ia juga harus membayar alat-alat dagang yang disewanya, karena biaya yang dibutuhkan untuk membeli alat-alat dagang tersebut mahal untuknya.
Dia akan terus berusaha dan berusaha karena ia menginginkan yang terbaik untuk keluarganya. Dia sadar bahwa memang berat perjuangan yang harus ia tempuh demi menghidupi dan mencukupi seluruh kebutuhannya sehari-hari, apalagi di kota besar seperti di Jakarta ini, tetapi dia tidak kenal lelah dan sangat bersemangat dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Saat kami meminta berfoto bersama dia pun, dia malu-malu menerima ajakan kami, karena menurut dia tidak ada yang istimewa dari dirinya. Dia hanyalah Pak Junaedi si pedagang siomay. Tetapi bagi kami, Pak Junaedi lebih dari sekedar pedangang saja. Ia ayah dan juga suami yang patut menjadi teladan karena kerja keras dan semangatnya yang tak kunjung padam.
Andri (1) dan Audrey (9)
No comments:
Post a Comment