Setelah melakukan wawancara dengan Pak Rasim, banyak hal yang saya pelajari, salah satunya adalah ketabahan dan usahanya dalam menjalani hidupnya yang pas-pasan. Meskipun ia memiliki pekerjaan, tapi ia juga cukup sering menganggur. Dengan pendapatan yang tergolong sedikit, ia tetap bisa mencukupi kebutuhannya setiap hari dan menyisihkan sebagian untuk membayar kost dan memenuhi kebutuhan hidupnya saat ia tidak mendapatkan penghasilan.
Saya sangat salut dengan ketabahan Pak Rasim dalam menjalani hidupnya yang cukup sulit. Ia tetap bisa bersyukur kepada Tuhan dan tetap berusaha untuk bekerja dalam memenuhi hidupnya. Ia tidak mengandalkan belas kasihan dari orang lain untuk mencukupi kebutuhannya.
Ia juga memiliki harapan dan cita – cita untuk bisa hidup lebih baik. Untuk itu, ia terus berusaha bekerja dan menghemat pengeluarannya agar kehidupannya tidak terlalu sulit.
Penghasilannya yang hanya kurang lebih Rp 30.000 per hari dapat ia gunakan untuk makan, membayar kost, dan ditabung. Bahkan saat kami membeli minuman yang ia jual, kami hanya perlu membayar Rp5000 saja. Padahal kami seharusnya membayar Rp6000. Hal itu menunjukkan kebaikan hati dari Pak Rasim. Selain itu, saya juga “tersadar” untuk berhemat, dan lebih menghargai uang. Uang didapat dengan kerja keras. Memang, saya tidak perlu bekerja untuk mendapatkannya. Tapi saya bisa membayangkan bagaimana sulitnya orang tua saya bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan saya dan saudara saya yang lain.
Saya bersyukur karena hingga saat ini Tuhan memberikan kehidupan yang nyaman bagi saya dan keluarga sehingga saya tetap bisa bersekolah, mendapat makanan yang enak, dan bisa hidup dengan nyaman. Saya juga bersyukur karena saya masih memiliki kedua orangtua dan keluarga yang lengkap, sehingga saya tidak perlu susah payah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tugas wawancara ini juga menyadarkan saya, kalau kehidupan di luar sana sangatlah keras dan masih banyak orang di luar sana yang tidak bisa hidup layak dan nyaman seperti yang saya rasakan. Mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan makanan. Jadi, saya harus bersyukur dengan hidup saya yang sekarang ini, dan tidak pantas saya menuntut kehidupan yang lebih mewah lagi. Karena dengan hidup serba berkecukupan seperti saat ini, saya juga sudah cukup bahagia dan nyaman
Thursday, April 24, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment