Thursday, April 24, 2008
REFLEKSI: SEBUAH POTRET KEMISKINAN
Punya rumah sendiri, makan enak, hidup enak, semua tercukupi, tampaknya hanya bisa menjadi angan-angan belaka bagi Saminah dan keluarganya. Saminah adalah seorang ibu berusia 25 tahun, yang bekerja menjadi seorang pedagang kopi di daerah Parkir Timur Senayan. Ia bekerja untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai petugas parkir disana.
Saminah merupakan salah satu contoh dari kehidupan yang banyak terjadi di Jakarta saat ini. Kesulitan ekonomi menjadi musuh utama yang mereka hadapi. Walaupun Saminah dan suaminya bekerja membanting tulang setiap hari, penghasilan mereka berdua tetap saja pas-pasan. Untuk biaya hidup sehari-hari saja sudah sulit, apalagi ditambah dengan kehadiran buah hati kecil mereka, yang baru berumur 3 tahun. Menghadapi sulitnya hidup di Jakarta, Saminah khawatir tidak dapat meneruskan kehidupannya dengan layak. Saminah takut tidak bisa menyekolahkan anaknya nantinya. Penghasilannya setiap hari paling banyak hanya Rp 15.000,00. Penghasilan mereka berdua habis untuk membayar kontrakan di bilangan Petamburan.
Kemiskinan seakan menjadi wabah penyakit yang telah menyebar ke berbagai pelosok Indonesia. Walaupun telah bekerja membanting tulang, peghasilan yang didapat tidak bisa memberikan kehidupan yang layak. Banyak orang yang tidak lagi bisa mendapatkan kehidupan yang layak, berakhir dengan hidup di jalanan ataupun di kolong jembatan. Tak jarang kita melihat hal tersebut, saat melintasi jalanan yang macet di Jakarta. Merekalah yang kita kenal dengan sebutan “gelandangan”.
Dengan melihat kehidupan Saminah dan keluarganya, banyak pelajaran yang bisa diambil. Salah satunya adalah belajar menghemat. Mungkin kita sering berpikir untuk apa kita menabung? Toh bila kita kekurangan uang, bisa minta pada orangtua. Sudah seharusnya kita berpikir kalau untuk mendapatkan uang dibutuhkan banyak perjuangan dan pengorbanan. Mencari uang tidak semudah menghabiskannya.
Selain itu, kita menjadi sadar bahwa kita harus bersyukur sudah bisa disekolahkan oleh orangtua kita. Kita tidak perlu susah-susah bekerja untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Makanan enak, kamar yang nyaman, kasur yang empuk, semuanya telah tersedia untuk kita. Maka, janganlah kita menggerutu lagi jika ada keinginan kita yang tidak terpenuhi. Namun, bersyukurlah karena apa yang kita miliki saat ini, belum tentu bisa dimiliki oleh orang lain. Kita bisa menginginkan dan mendapatkan apa yang kita inginkan. Tapi, banyak orang yang menginginkan tapi tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Yoana (31)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment